Karya pertama ini, dimuat di Kompas Klasika Nusantara Bertutur edisi 20 Desember 2015. Mengambil tema sesuai jadwal yang dikeluarkan oleh Nubi (Nusantara Bertutur) yaitu Hari Ibu, dengan judul 'Ibuku Sayang Ibuku Cerewet'.
Bagi teman-teman yang ingin membacanya, silahkan.. Ini versi aslinya, sebelum diedit. Terima kasih sebelumnya ^_^
Ibuku Cerewet Ibuku Sayang
Oleh: Vina
Maria.A
Hari ini Naya malas
pulang. Habisnya Ibu terlalu mengatur. Pagi-pagi sudah cerewet menyuruh segera mandi.
Sarapan harus dikunyah pelan-pelan dan harus habis. Pulang sekolah, Ibu cerewet
menyuruh Naya ganti baju, cuci tangan dan kaki, makan siang, bikin PR. Huh,
padahal santai sebentar menonton televisi kan tidak apa-apa. Nanti juga
dilakukan, gerutu Naya.
Kali ini Naya mau
pulang terlambat. Biar saja sekalian Ibu marah. Naya membelokkan sepedanya ke
Solo City Walk. “Rasanya tenang sekali
tidak mendengar omelan Ibu,” gumam Naya seraya bersepeda melintasi pepohonan.
Tiba-tiba gerimis
turun. Naya bergegas mengayuh sepedanya. Tapi hujan malah bertambah deras,
terpaksa Naya berteduh di depan sebuah toko batik.
Sudah setengah jam
lebih, hujan belum juga reda. Perut Naya sudah berbunyi, tanda minta diisi.
Naya juga kedinginan. Brrr..,
Tak lama Ibu datang
dengan membawa payung. “Naya! Syukurlah, kamu disini.” Ibu mengeluarkan jas
hujan dari tas keresek hitam di tangannya. “Pakai ini,” ujar Ibu sambil memakaikannya
ke badan Naya.
Tangan Ibu yang satu
menuntun sepeda Naya, tangan satunya lagi memegang payung untuk menaungi mereka.
Tapi hujan turun dengan lebat disertai angin, membuat Ibu tetap kebasahan.
Sampai di rumah, Ibu
segera memasak air hangat untuk Naya mandi.
“Hachii!” Ibu bersin.
“Makan dulu supnya selagi hangat,” seru Ibu. “Hachii!” Ibu bersin lagi.
**
Besoknya, Naya bangun
kesiangan. Seruan Ibu yang biasanya membangunkan Naya tidak kedengaran. Selesai
mandi, Naya menuju ke meja makan untuk sarapan. Tapi hanya ada Bapak di situ.
“Ibu mana, Pak?” tanya
Naya.
“Semalaman Ibu demam, menjelang
subuh baru bisa tertidur.” Bapak beranjak dari kursinya. “Jangan lupa sarapan,
Bapak sudah buatkan nasi goreng. Nanti siang Bapak pulang mau mengantar Ibu ke
dokter.”
Ibu pasti sakit karena
kehujanan kemarin. Naya lalu menyantap nasi gorengnya dengan terburu-buru. Naya
tidak mau terlambat.
**
Naya masuk ke kelas
berbarengan dengan bel tanda masuk
berbunyi. Tak lama, Pak Joko pun masuk.
“Anak-anak, silahkan
keluarkan PR matematika kalian,” ujar Pak Joko.
Ya ampun, Naya lupa. Semalam
Naya ketiduran. Akibatnya Naya dihukum berdiri di depan kelas. Malu sekali
rasanya. Apalagi ini pertama kalinya Naya kelupaan tidak mengerjakan PR.
Tiba-tiba Naya
merasakan perutnya melilit. Pasti karena tadi sarapan dengan terburu-buru, batin
Naya.
Naya tercenung.
Biasanya Ibu yang mengingatkan dan memeriksa PR-nya. Ibu juga yang
membangunkannya pagi-pagi. Ibu sakit semua jadi berantakan. Ibu sakit juga
gara-gara Naya.
Sekarang Naya paham, Ibu
bukannya cerewet tapi peduli. Pulang sekolah nanti Naya harus minta maaf pada
Ibu dan berterimakasih untuk kebaikannya selama ini. (Vin)
**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar