Sabtu, 02 Januari 2016

Cerpen Pertama di Media : Kompas Klasika Nusantara Bertutur

Hore! Akhirnya pecah telur juga.. Untuk pertama kalinya saya merasakan bagaimana senangnya melihat karya saya dimuat di media. Uhuyy ^_^

Karya pertama ini, dimuat di Kompas Klasika Nusantara Bertutur edisi 20 Desember 2015. Mengambil tema sesuai jadwal yang dikeluarkan oleh Nubi (Nusantara Bertutur) yaitu Hari Ibu, dengan judul 'Ibuku Sayang Ibuku Cerewet'.

Bagi teman-teman yang ingin membacanya, silahkan.. Ini versi aslinya, sebelum diedit. Terima kasih sebelumnya ^_^





Ibuku Cerewet Ibuku Sayang
Oleh: Vina Maria.A

Hari ini Naya malas pulang. Habisnya Ibu terlalu mengatur. Pagi-pagi sudah cerewet menyuruh segera mandi. Sarapan harus dikunyah pelan-pelan dan harus habis. Pulang sekolah, Ibu cerewet menyuruh Naya ganti baju, cuci tangan dan kaki, makan siang, bikin PR. Huh, padahal santai sebentar menonton televisi kan tidak apa-apa. Nanti juga dilakukan, gerutu Naya.
Kali ini Naya mau pulang terlambat. Biar saja sekalian Ibu marah. Naya membelokkan sepedanya ke Solo City Walk.  “Rasanya tenang sekali tidak mendengar omelan Ibu,” gumam Naya seraya bersepeda melintasi pepohonan.
Tiba-tiba gerimis turun. Naya bergegas mengayuh sepedanya. Tapi hujan malah bertambah deras, terpaksa Naya berteduh di depan sebuah toko batik.
Sudah setengah jam lebih, hujan belum juga reda. Perut Naya sudah berbunyi, tanda minta diisi. Naya juga kedinginan. Brrr..,
Tak lama Ibu datang dengan membawa payung. “Naya! Syukurlah, kamu disini.” Ibu mengeluarkan jas hujan dari tas keresek hitam di tangannya. “Pakai ini,” ujar Ibu sambil memakaikannya ke badan Naya.
Tangan Ibu yang satu menuntun sepeda Naya, tangan satunya lagi memegang payung untuk menaungi mereka. Tapi hujan turun dengan lebat disertai angin, membuat Ibu tetap kebasahan.
Sampai di rumah, Ibu segera memasak air hangat untuk Naya mandi.
“Hachii!” Ibu bersin. “Makan dulu supnya selagi hangat,” seru Ibu. “Hachii!” Ibu bersin lagi.
**
Besoknya, Naya bangun kesiangan. Seruan Ibu yang biasanya membangunkan Naya tidak kedengaran. Selesai mandi, Naya menuju ke meja makan untuk sarapan. Tapi hanya ada Bapak di situ.
“Ibu mana, Pak?” tanya Naya.
“Semalaman Ibu demam, menjelang subuh baru bisa tertidur.” Bapak beranjak dari kursinya. “Jangan lupa sarapan, Bapak sudah buatkan nasi goreng. Nanti siang Bapak pulang mau mengantar Ibu ke dokter.”
Ibu pasti sakit karena kehujanan kemarin. Naya lalu menyantap nasi gorengnya dengan terburu-buru. Naya tidak mau terlambat.
**
Naya masuk ke kelas berbarengan dengan  bel tanda masuk berbunyi. Tak lama, Pak Joko pun masuk.
“Anak-anak, silahkan keluarkan PR matematika kalian,” ujar Pak Joko.
Ya ampun, Naya lupa. Semalam Naya ketiduran. Akibatnya Naya dihukum berdiri di depan kelas. Malu sekali rasanya. Apalagi ini pertama kalinya Naya kelupaan tidak mengerjakan PR.
Tiba-tiba Naya merasakan perutnya melilit. Pasti karena tadi sarapan dengan terburu-buru, batin Naya.
Naya tercenung. Biasanya Ibu yang mengingatkan dan memeriksa PR-nya. Ibu juga yang membangunkannya pagi-pagi. Ibu sakit semua jadi berantakan. Ibu sakit juga gara-gara Naya.
Sekarang Naya paham, Ibu bukannya cerewet tapi peduli. Pulang sekolah nanti Naya harus minta maaf pada Ibu dan berterimakasih untuk kebaikannya selama ini. (Vin)
**




Tidak ada komentar:

Posting Komentar