Rabu, 27 April 2016

Kantung Belanja ala Ruli

     Bertambah lagi karyaku yang dimuat di kolom Nusantara Bertutur, di Klasika Kompas. Masa tunggu hanya 9 hari ^_^. Di saat galau karena selalu ditolak di salah satu majalah, berita dimuatnya ini cukup menjadi pelipur lara *tsah

     Berikut naskahnya ^_^

     **

Kantung Belanja Ala Ruli
Oleh: Vina Maria. A

Di sebuah rumah di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatra Utara, tepatnya di Dolok Sanggul, Ruli dimintai tolong oleh ibunya yang dipanggil Inong.
“Ruli, bisa tolong belikan telur di warung?,” pinta Inong yang tengah menyetrika baju.
Setelah diberi uang oleh Inong, Ruli bersiap pergi.
“Lho, Ruli tidak bawa kantong sendiri?” tanya Inong.
“Ruli, kan, membeli telurnya di warung bukan di minimarket. Di warung Amang Tagor, kantung belanjaan masih gratis, kok, Inong,” jawab Ruli.
Inong menggeleng, “Bagaimana sampah plastik akan berkurang jika begitu.”
Ruli pun berbalik ke dapur, mencari kantung-kantung kain yang dibeli Inong sebagai pengganti kantung plastik. Tapi tidak ada satu pun.“Inong, kantung kainnya tidak ada semua,”  sahut Ruli.
“Ah, Inong lupa. Satu dibawa Among untuk menyimpan baju ganti, sisanya di tetangga waktu bagi-bagi oleh-oleh kemarin.” Inong  memandang sekeliling. “Nah, pakai ini saja.” Inong menyodorkan sebuah baskom ke tangan Ruli lalu kembali menyetrika baju.
Ruli bengong. Apa kata teman-temannya nanti jika melihatnya membawa telur dalam baskom. Untuk membawanya pun butuh kedua tangan. Tapi perintah Inong tidak bisa ditolerir, apalagi maksud Inong benar. Ruli pun ngeri melihat berita di televisi mengenai sampah plastik. Toh, letak warung Amang Tagor tidaklah jauh.
Ah, Ruli punya ide supaya mudah membawa baskom berisi telur itu. Ruli buru-buru masuk ke kamar Inong dan dengan asal, Ruli menarik sehelai kain dari dalam lemari.
Sesampainya di warung, Ruli baru tahu jika yang diambilnya ternyata kaus milik Among. Untung saja Among berbadan besar. Ruli menaruh baskom berisi telur di tengah kaus dan mengikat setiap sudutnya. Ruli pun dengan mudah membawanya.
Pelan-pelan Ruli memasuki rumah dan bergegas menuju dapur. Di dapur ternyata ada Inong yang sedang minum. Inong  melihat tentengan di tangan Ruli.
“Maaf, Inong. Sebenarnya Ruli hendak mengambil kain, tapi yang terambil malah kaus Among,” ucap Ruli pelan.
“Tapi ide kamu hebat, Ruli. Kaus dijadikan tas.” Inong tersenyum.
Mendengar perkataan Inong, Ruli teringat dengan artikel yang dibacanya di mading sekolah. Artikel tentang membuat tas dari kaus bekas tanpa dijahit.
Ruli segera mengeluarkan kaus bekas miliknya dan menggunting kedua lengannya. Bagian bawahnya pun digunting hingga berumbai-rumbai. Lantas rumbai-rumbai itu diikat hingga menyatu.  Tas daur ulang ala Ruli pun jadi.

“Wah, sekarang Inong tidak perlu lagi membeli kantung kain,” seloroh Inong disusul dengan tawa mereka berdua. (selesai)


Dongeng Pertama di Majalah Bobo

     Ini dia cerita pertamaku yang dimuat di Bobo. Cerita ini hasil dari kelas menulis Merah Jambu yang diasuh oleh Ibu Nurhayati Pujiastuti. Kebetulan yang pertama dimuat adalah tugas di minggu ke-2, materi dongeng yang khusus dibimbing oleh Bu Yuniar Khairani.

     Karena ini naskah perdanaku di Bobo, jadi dua minggu sebelum terbit, pihak Bobo menelponku. Perasaanku? Wah, jelas seneng banget. Kelakuan pun jadi norak dan berlanjut sampai melihat penampakan naskahnya di Bobo.


     Terharu banget, deh! Apalagi masa tunggu yang lama, 11 bulan!

     Nah, ini dia dongeng pertamaku di Majalah Bobo ^_^

**

Gara-Gara Rufus si Kurcaci Kurir
                                                  Oleh : Vina Maria.A      

“Aaaahh, ya ampun!!” Peri Linzy berteriak, melihat telur yang dipecahkan di atas adonan kuenya, busuk. Dicobanya lagi dengan sisa telur yang lain. Namun ternyata semua telur di dalam keranjang, busuk! “Bagaimana ini? Padahal sudah tidak ada waktu lagi,” pekiknya panik.
            Cepat-cepat Peri Linzy menyiapkan adonan yang baru lalu memanggangnya. Hasilnya, kue tersebut bantat, karena dibuat tanpa telur. Peri Minzy pasti kecewa melihat kue pesanannya. Tapi mau bagaimana lagi.
Ini semua gara-gara Rufus, si kurcaci kurir yang selalu terlambat dalam mengantar barang. Kali ini Rufus terlambat mengirim telur pesanan Peri Linzy.
            Rufus memang bertugas untuk mengantarkan barang. Kurcaci atau Peri yang ingin mengirim suatu barang, mereka akan datang pada Rufus. Sebenarnya dalam satu hari, barang yang harus diantar tidaklah banyak, hanya saja Rufus suka menunda-nunda pekerjaannya. Akibatnya barang yang harusnya terkirim semua hari ini, masih tersisa.
“Ah, masih bisa dikirim besok,” pikir Rufus. Begitu setiap harinya, sampai barang-barang yang belum dikirim, menumpuk di rumah Rufus.
            Pernah Rufus mendapat tugas mengirimkan satu set benang  ke rumah Kurcaci Topito, kurcaci pembuat topi. Bibi Lulu Ulat berpesan, benang tersebut harus dikirim secepatnya karena persediaan benang Kurcaci Topito hampir habis. Rufus pun mengiyakan.
            Tapi dalam perjalanan, Rufus berkali-kali berhenti. Dia berlama-lama melihat jamur pelangi yang baru tumbuh, bermain sebentar dengan anak bebek dan mengejar kupu-kupu. Sampai disadari hari sudah siang. “Ah, rumah Kurcaci Topito jauh, besok saja aku mengantarnya.”
             Akibatnya, topi buatan Kurcaci Topito berwarna belang-belang, tak beraturan! Dia terpaksa memakai sisa benang yang ada, karena keluarga Kiku Kucing sudah memerlukan topi tersebut untuk berlibur.
 Banyak Kurcaci dan Peri yang dirugikan karena keterlambatan Rufus. Sayangnya, hanya Rufus satu-satunya kurcaci kurir. Rufus sudah sering ditegur, dinasehati bahkan sampai dimarahi kawan-kawannya. Tapi, Rufus tetap saja santai dalam menjalankan tugasnya.
            Suatu hari tersiar berita, bahwa Ratu Peri akan mengadakan pesta musim panas di kebun istana. Semua Kurcaci dan Peri bersiap-siap. Mereka menjahitkan baju terbaik, memesan sepatu terbaik dan topi terindah untuk menghargai Ratu Peri.
            Rufus juga mendengar berita tersebut dan ikut mempersiapkan diri. Sementara Kurcaci dan Peri yang lain sudah tinggal menunggu undangan resmi dari Ratu Peri, Rufus baru hendak menjahitkan bajunya, memesan sepatu juga topi.
            Undangan resmi dari Ratu Peri pun tiba. Pengawal Ratu memberikan setumpuk undangan  kepada Kepala Kurcaci untuk dibagi-bagikan.
            Giliran rumah Rufus yang didatangi oleh Kepala Kurcaci. Kepala Kurcaci mengetuk pintu dan membunyikan bel. Namun, Rufus tidak menjawab apalagi membuka pintu rumahnya. Bukan karena Rufus sedang pergi mengantar barang, tapi karena Rufus sedang asyik bermain gelembung udara di halaman belakang. Padahal Rufus mendengar bunyi bel. "Tunggu sampai gelembungku habis, baru aku bukakan pintu," pikir Rufus sambil terus bermain.                     
Jam 2 sore, Rufus baru selesai bermain. Betapa terkejutnya Rufus melihat amplop undangan di bawah pintu. Dan lebih terkejut lagi, pestanya diadakan hari ini, jam 4 sore.
Rufus segera berlari menuju rumah Peri Quinzy. “Peri Quinzy, aku mau mengambil baju pesananku.” Peri Quinzy segera mengambilkannya untuk Rufus. Tapi Rufus kaget, “Peri Quinzy, kenapa kancing di bajuku belum terpasang?”
 “Oh,itu karena pesanan kancingku belum datang,” jawab Peri Quinzy santai. “Sudah ya, aku mau bersiap-siap ke pesta Ratu Peri.” Peri Quinzy menutup pintu.
Rufus lalu terburu-buru pergi menuju rumah Kurcaci Sola. “Kurcaci Sola, aku hendak mengambil sepatu pesananku,” sahut Rufus sambil terengah-engah.
Kurcaci Sola menyerahkan sepasang sepatu yang belum jadi pada Rufus, sambil berkata, “Pesanan sol sepatu untukku belum datang, jadi aku tidak bisa menyelesaikan sepatumu.”
            Rufus kecewa melihat sepatunya. “Bagaimana aku bisa pergi ke pesta Ratu Peri?”
Kali ini Rufus mengetuk pintu Kurcaci Topito. Begitu melihat Rufus, Kurcaci Topito langsung menyerahkan topi belang-belang pada Rufus. “Benang warna hijau pesananku belum datang, aku memakai benang yang ada. Itu karena kurcaci kurir selalu datang terlambat!”

Rufus pulang ke rumahnya dengan gontai. Tidak mungkin Rufus pergi ke pesta Ratu Peri dengan baju tanpa kancing, sepatu setengah jadi dan topi belang. Sesampainya Rufus di rumah, matanya tertumbuk pada tiga buah paket yang harus dikirim dari kemarin-kemarin. Badannya semakin lemas, begitu membaca alamat dari masing-masing paket tersebut. Paket untuk Peri Quinzy, Kurcaci Sola dan Kurcaci Topito. (Vin)