Rabu, 27 April 2016

Dongeng Pertama di Majalah Bobo

     Ini dia cerita pertamaku yang dimuat di Bobo. Cerita ini hasil dari kelas menulis Merah Jambu yang diasuh oleh Ibu Nurhayati Pujiastuti. Kebetulan yang pertama dimuat adalah tugas di minggu ke-2, materi dongeng yang khusus dibimbing oleh Bu Yuniar Khairani.

     Karena ini naskah perdanaku di Bobo, jadi dua minggu sebelum terbit, pihak Bobo menelponku. Perasaanku? Wah, jelas seneng banget. Kelakuan pun jadi norak dan berlanjut sampai melihat penampakan naskahnya di Bobo.


     Terharu banget, deh! Apalagi masa tunggu yang lama, 11 bulan!

     Nah, ini dia dongeng pertamaku di Majalah Bobo ^_^

**

Gara-Gara Rufus si Kurcaci Kurir
                                                  Oleh : Vina Maria.A      

“Aaaahh, ya ampun!!” Peri Linzy berteriak, melihat telur yang dipecahkan di atas adonan kuenya, busuk. Dicobanya lagi dengan sisa telur yang lain. Namun ternyata semua telur di dalam keranjang, busuk! “Bagaimana ini? Padahal sudah tidak ada waktu lagi,” pekiknya panik.
            Cepat-cepat Peri Linzy menyiapkan adonan yang baru lalu memanggangnya. Hasilnya, kue tersebut bantat, karena dibuat tanpa telur. Peri Minzy pasti kecewa melihat kue pesanannya. Tapi mau bagaimana lagi.
Ini semua gara-gara Rufus, si kurcaci kurir yang selalu terlambat dalam mengantar barang. Kali ini Rufus terlambat mengirim telur pesanan Peri Linzy.
            Rufus memang bertugas untuk mengantarkan barang. Kurcaci atau Peri yang ingin mengirim suatu barang, mereka akan datang pada Rufus. Sebenarnya dalam satu hari, barang yang harus diantar tidaklah banyak, hanya saja Rufus suka menunda-nunda pekerjaannya. Akibatnya barang yang harusnya terkirim semua hari ini, masih tersisa.
“Ah, masih bisa dikirim besok,” pikir Rufus. Begitu setiap harinya, sampai barang-barang yang belum dikirim, menumpuk di rumah Rufus.
            Pernah Rufus mendapat tugas mengirimkan satu set benang  ke rumah Kurcaci Topito, kurcaci pembuat topi. Bibi Lulu Ulat berpesan, benang tersebut harus dikirim secepatnya karena persediaan benang Kurcaci Topito hampir habis. Rufus pun mengiyakan.
            Tapi dalam perjalanan, Rufus berkali-kali berhenti. Dia berlama-lama melihat jamur pelangi yang baru tumbuh, bermain sebentar dengan anak bebek dan mengejar kupu-kupu. Sampai disadari hari sudah siang. “Ah, rumah Kurcaci Topito jauh, besok saja aku mengantarnya.”
             Akibatnya, topi buatan Kurcaci Topito berwarna belang-belang, tak beraturan! Dia terpaksa memakai sisa benang yang ada, karena keluarga Kiku Kucing sudah memerlukan topi tersebut untuk berlibur.
 Banyak Kurcaci dan Peri yang dirugikan karena keterlambatan Rufus. Sayangnya, hanya Rufus satu-satunya kurcaci kurir. Rufus sudah sering ditegur, dinasehati bahkan sampai dimarahi kawan-kawannya. Tapi, Rufus tetap saja santai dalam menjalankan tugasnya.
            Suatu hari tersiar berita, bahwa Ratu Peri akan mengadakan pesta musim panas di kebun istana. Semua Kurcaci dan Peri bersiap-siap. Mereka menjahitkan baju terbaik, memesan sepatu terbaik dan topi terindah untuk menghargai Ratu Peri.
            Rufus juga mendengar berita tersebut dan ikut mempersiapkan diri. Sementara Kurcaci dan Peri yang lain sudah tinggal menunggu undangan resmi dari Ratu Peri, Rufus baru hendak menjahitkan bajunya, memesan sepatu juga topi.
            Undangan resmi dari Ratu Peri pun tiba. Pengawal Ratu memberikan setumpuk undangan  kepada Kepala Kurcaci untuk dibagi-bagikan.
            Giliran rumah Rufus yang didatangi oleh Kepala Kurcaci. Kepala Kurcaci mengetuk pintu dan membunyikan bel. Namun, Rufus tidak menjawab apalagi membuka pintu rumahnya. Bukan karena Rufus sedang pergi mengantar barang, tapi karena Rufus sedang asyik bermain gelembung udara di halaman belakang. Padahal Rufus mendengar bunyi bel. "Tunggu sampai gelembungku habis, baru aku bukakan pintu," pikir Rufus sambil terus bermain.                     
Jam 2 sore, Rufus baru selesai bermain. Betapa terkejutnya Rufus melihat amplop undangan di bawah pintu. Dan lebih terkejut lagi, pestanya diadakan hari ini, jam 4 sore.
Rufus segera berlari menuju rumah Peri Quinzy. “Peri Quinzy, aku mau mengambil baju pesananku.” Peri Quinzy segera mengambilkannya untuk Rufus. Tapi Rufus kaget, “Peri Quinzy, kenapa kancing di bajuku belum terpasang?”
 “Oh,itu karena pesanan kancingku belum datang,” jawab Peri Quinzy santai. “Sudah ya, aku mau bersiap-siap ke pesta Ratu Peri.” Peri Quinzy menutup pintu.
Rufus lalu terburu-buru pergi menuju rumah Kurcaci Sola. “Kurcaci Sola, aku hendak mengambil sepatu pesananku,” sahut Rufus sambil terengah-engah.
Kurcaci Sola menyerahkan sepasang sepatu yang belum jadi pada Rufus, sambil berkata, “Pesanan sol sepatu untukku belum datang, jadi aku tidak bisa menyelesaikan sepatumu.”
            Rufus kecewa melihat sepatunya. “Bagaimana aku bisa pergi ke pesta Ratu Peri?”
Kali ini Rufus mengetuk pintu Kurcaci Topito. Begitu melihat Rufus, Kurcaci Topito langsung menyerahkan topi belang-belang pada Rufus. “Benang warna hijau pesananku belum datang, aku memakai benang yang ada. Itu karena kurcaci kurir selalu datang terlambat!”

Rufus pulang ke rumahnya dengan gontai. Tidak mungkin Rufus pergi ke pesta Ratu Peri dengan baju tanpa kancing, sepatu setengah jadi dan topi belang. Sesampainya Rufus di rumah, matanya tertumbuk pada tiga buah paket yang harus dikirim dari kemarin-kemarin. Badannya semakin lemas, begitu membaca alamat dari masing-masing paket tersebut. Paket untuk Peri Quinzy, Kurcaci Sola dan Kurcaci Topito. (Vin)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar