Karena ini naskah perdanaku di Bobo, jadi dua minggu sebelum terbit, pihak Bobo menelponku. Perasaanku? Wah, jelas seneng banget. Kelakuan pun jadi norak dan berlanjut sampai melihat penampakan naskahnya di Bobo.
Terharu banget, deh! Apalagi masa tunggu yang lama, 11 bulan!
Nah, ini dia dongeng pertamaku di Majalah Bobo ^_^
**
Gara-Gara Rufus si Kurcaci Kurir
Oleh : Vina Maria.A
“Aaaahh,
ya ampun!!” Peri Linzy berteriak, melihat telur yang dipecahkan di atas adonan
kuenya, busuk. Dicobanya lagi dengan sisa telur yang lain. Namun ternyata semua
telur di dalam keranjang, busuk! “Bagaimana ini? Padahal sudah tidak ada waktu
lagi,” pekiknya panik.
Cepat-cepat Peri Linzy menyiapkan
adonan yang baru lalu memanggangnya. Hasilnya, kue tersebut bantat, karena
dibuat tanpa telur. Peri Minzy pasti kecewa melihat kue pesanannya. Tapi mau
bagaimana lagi.
Ini
semua gara-gara Rufus, si kurcaci kurir yang selalu terlambat dalam mengantar
barang. Kali ini Rufus terlambat mengirim telur pesanan Peri Linzy.
Rufus memang bertugas untuk
mengantarkan barang. Kurcaci atau Peri yang ingin mengirim suatu barang, mereka
akan datang pada Rufus. Sebenarnya dalam satu hari, barang yang harus diantar
tidaklah banyak, hanya saja Rufus suka menunda-nunda pekerjaannya. Akibatnya
barang yang harusnya terkirim semua hari ini, masih tersisa.
“Ah,
masih bisa dikirim besok,” pikir Rufus. Begitu setiap harinya, sampai
barang-barang yang belum dikirim, menumpuk di rumah Rufus.
Pernah Rufus mendapat tugas
mengirimkan satu set benang ke rumah
Kurcaci Topito, kurcaci pembuat topi. Bibi Lulu Ulat berpesan, benang tersebut
harus dikirim secepatnya karena persediaan benang Kurcaci Topito hampir habis. Rufus
pun mengiyakan.
Tapi dalam perjalanan, Rufus
berkali-kali berhenti. Dia berlama-lama melihat jamur pelangi yang baru tumbuh,
bermain sebentar dengan anak bebek dan mengejar kupu-kupu. Sampai disadari hari
sudah siang. “Ah, rumah Kurcaci Topito jauh, besok saja aku mengantarnya.”
Akibatnya, topi buatan Kurcaci Topito berwarna
belang-belang, tak beraturan! Dia terpaksa memakai sisa benang yang ada, karena
keluarga Kiku Kucing sudah memerlukan topi tersebut untuk berlibur.
Banyak Kurcaci dan Peri yang dirugikan karena
keterlambatan Rufus. Sayangnya, hanya Rufus satu-satunya kurcaci kurir. Rufus
sudah sering ditegur, dinasehati bahkan sampai dimarahi kawan-kawannya. Tapi,
Rufus tetap saja santai dalam menjalankan tugasnya.
Suatu hari tersiar berita, bahwa
Ratu Peri akan mengadakan pesta musim panas di kebun istana. Semua Kurcaci dan
Peri bersiap-siap. Mereka menjahitkan baju terbaik, memesan sepatu terbaik dan
topi terindah untuk menghargai Ratu Peri.
Rufus juga mendengar berita tersebut
dan ikut mempersiapkan diri. Sementara Kurcaci dan Peri yang lain sudah tinggal
menunggu undangan resmi dari Ratu Peri, Rufus baru hendak menjahitkan bajunya,
memesan sepatu juga topi.
Undangan resmi dari Ratu Peri pun
tiba. Pengawal Ratu memberikan setumpuk undangan kepada Kepala Kurcaci untuk dibagi-bagikan.
Giliran rumah Rufus yang didatangi oleh Kepala Kurcaci.
Kepala Kurcaci mengetuk pintu dan membunyikan bel. Namun, Rufus tidak menjawab
apalagi membuka pintu rumahnya. Bukan karena Rufus sedang pergi mengantar
barang, tapi karena Rufus sedang asyik bermain gelembung udara di halaman
belakang. Padahal Rufus mendengar bunyi bel. "Tunggu sampai gelembungku
habis, baru aku bukakan pintu," pikir Rufus sambil terus bermain.
Jam
2 sore, Rufus baru selesai bermain. Betapa terkejutnya Rufus melihat amplop
undangan di bawah pintu. Dan lebih terkejut lagi, pestanya diadakan hari ini,
jam 4 sore.
Rufus
segera berlari menuju rumah Peri Quinzy. “Peri Quinzy, aku mau mengambil baju
pesananku.” Peri Quinzy segera mengambilkannya untuk Rufus. Tapi Rufus kaget,
“Peri Quinzy, kenapa kancing di bajuku belum terpasang?”
“Oh,itu karena pesanan kancingku belum datang,”
jawab Peri Quinzy santai. “Sudah ya, aku mau bersiap-siap ke pesta Ratu Peri.”
Peri Quinzy menutup pintu.
Rufus
lalu terburu-buru pergi menuju rumah Kurcaci Sola. “Kurcaci Sola, aku hendak
mengambil sepatu pesananku,” sahut Rufus sambil terengah-engah.
Kurcaci
Sola menyerahkan sepasang sepatu yang belum jadi pada Rufus, sambil berkata,
“Pesanan sol sepatu untukku belum datang, jadi aku tidak bisa menyelesaikan
sepatumu.”
Rufus kecewa melihat sepatunya.
“Bagaimana aku bisa pergi ke pesta Ratu Peri?”
Kali
ini Rufus mengetuk pintu Kurcaci Topito. Begitu melihat Rufus, Kurcaci Topito
langsung menyerahkan topi belang-belang pada Rufus. “Benang warna hijau
pesananku belum datang, aku memakai benang yang ada. Itu karena kurcaci kurir
selalu datang terlambat!”
Rufus
pulang ke rumahnya dengan gontai. Tidak mungkin Rufus pergi ke pesta Ratu Peri
dengan baju tanpa kancing, sepatu setengah jadi dan topi belang. Sesampainya
Rufus di rumah, matanya tertumbuk pada tiga buah paket yang harus dikirim dari
kemarin-kemarin. Badannya semakin lemas, begitu membaca alamat dari
masing-masing paket tersebut. Paket untuk Peri Quinzy, Kurcaci Sola dan Kurcaci
Topito. (Vin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar