Ini versi aslinya, karena ada sedikit bagian yang diedit oleh Kompas.
***
Kisah si Pongo
Oleh
: Vina Maria. A
Pongo
adalah anak Orangutan Sumatera, usianya baru menginjak lima tahun.
Setelah berusia enam tahun, barulah Orangutan
hidup mandiri. Pongo pun masih tinggal bersama Ibunya.
“Hoam,”
Pongo menguap sambil meregangkan tangannya. Enak sekali rasanya bangun tidur setelah
lelah bermain. Lho, Ibu belum pulang dari mencari makanan? Seharusnya tadi aku
ikut dengan Ibu. Gara-gara terlalu asyik bermain, aku malah tidur bukannya
belajar mencari makanan.
Tak
beberapa lama, Ibu Pongo pun datang. “Maaf, Ibu pulang terlambat. Ini Ibu bawa
pisang untukmu. Pongo pasti sudah lapar.”
Pongo
mengangguk. Tapi kenapa hanya pisang? Biasanya Ibu juga membawa rambutan,
manggis kadang durian. Ah, biarlah. “Ibu, kenapa lama mencari makanannya?” tanya
Pongo sambil mulutnya penuh dengan pisang.
“Kali
ini, Ibu harus berjalan agak jauh dari biasanya,” jawab Ibu Pongo.
**
Keesokan
paginya, sayup-sayup Pongo mendengar suara menderu. Suara apakah itu? Pongo
tidak pernah mendengar suara seperti itu sebelumnya di hutan. Tiba-tiba
badannya diguncang-guncangkan oleh Ibu.
“Pongo,
Bangun! Kita harus segera pergi dari sini!” teriak Ibu.
Pongo
mengikuti saja perintah Ibu. Mereka pun keluar dari sarang dan mulai
bergelayutan dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Beberapa Orangutan juga
ikut berpindah tempat. Kini suara menderu yang Pongo dengar sebelumnya
berhenti, Pongo yang penasaran menoleh ke belakang. Sebuah pohon besar di ujung
sana, perlahan-lahan jatuh. Dan “bumm” suaranya sangat keras ketika menghantam
tanah. Pongo terlonjak kaget, kenapa pohon besar itu bisa tumbang?
“Ayo,
Pongo! Cepat!” teriak Ibu.
**
“Sepertinya
di sini aman.” Ibu Pongo lalu membuat sarang untuk mereka berdua.
“Ibu, kenapa kita harus cepat-cepat pindah? Lalu
kenapa pohon-pohon besar bisa tumbang?” tanya Pongo kemudian.
Ibu
menghela napas panjang, “Itu karena ulah manusia. Jika kita tidak segera
pindah, pohon yang kita tinggali juga akan tumbang. Lalu Ibu dan Pongo akan ditangkap oleh manusia.”
“Kenapa
mereka menebang pohon, Bu? Pohon kan bisa menghasilkan buah, menampung air,
buat udara sejuk, juga tempat Pongo bermain,” Pongo bingung.
Ibu
hanya menggeleng pelan.
Pongo
masih penasaran, “Lalu kenapa kita ditangkap manusia, Bu?”
“Entahlah,
yang Ibu tahu, mereka juga menangkap Harimau Sumatera dan Macan Tutul. Karena
itu, kita sudah jarang melihat mereka sekarang.” jawab Ibu sedih.
Berarti
manusia sangat kuat, Harimau Sumatera dan Macan Tutul saja bisa ditangkap oleh
mereka. Tapi, apakah semua manusia itu jahat? Pongo bertanya-tanya. Pongo
akhirnya pergi tidur. Dalam tidurnya, Pongo bermimpi makan beraneka macam
buah-buahan segar.
**
Sudah
beberapa hari ini Pongo hanya makan
dedaunan dan sedikit serangga. Karena banyak pohon ditebang, mencari
buah-buahan jadi semakin sulit. Mau tidak mau Pongo harus makan apa yang ada.
“Ibu,
kapan Pongo bisa makan buah-buahan lagi?” tanya Pongo.
“Ibu
juga belum tahu. Yuk, ikuti Ibu,” ajak Ibu.
Pongo
pun mengikuti Ibu yang memanjat sampai ke puncak pohon.
“Itu,
lihat di sana!” Ibu menunjuk ke sebelah kanan. Hutan tempat tinggal Pongo dulu,
kini menjadi hamparan tanah yang luas. Lalu Pongo menengok ke sisi lain di
belakang Pongo. Ada pepohonan di sana, walau tidak banyak. Tapi itu pohon
buah-buahan, Pongo mengenalinya.
“Itu,
Bu, di sana! Kita bisa mengambil makanan di sana!” Pongo berteriak kegirangan.
Ibu terdiam sejenak, “Itu perkebunan milik
manusia, Nak.”
**
Pongo
senang, Ibu berhasil dibujuk untuk mengambil makanan dari perkebunan manusia. Hanya
saja Pongo tidak boleh ikut. Pongo menatap buah-buahan di hadapannya lalu makan
dengan lahap.
Besoknya,
Ibu belum juga pulang dari mencari makanan, padahal hari sudah gelap. Pongo
panik, jangan-jangan terjadi apa-apa sama Ibu. Hari semakin larut, Pongo pun
tertidur.
Paginya,
Ibu masih belum pulang. Pongo nekat pergi
ke perkebunan untuk mencari Ibu. Sampai disana, Ibu tidak juga ditemukan. Pongo
malah melihat sosok manusia yang membawa benda panjang. Apa itu? “Dorr!” Pongo
kaget dan segera berlari ketakutan. Ah, lengan bagian atas Pongo sakit. Tapi
Pongo terus melesak masuk ke hutan. Rupanya lengannya terluka, diambilnya
selembar daun untuk menutupi lukanya. Dengan lengannya yang sakit, Pongo tidak
bisa memanjat pohon. Pongo terus saja berjalan sampai akhirnya tak sadarkan
diri.
**
Pongo
membuka matanya. Ada di mana ini? Dilihat luka di lengannya telah dibalut kain
putih. Lalu tak lama datanglah seorang manusia. Pongo ketakutan, tapi manusia
itu tersenyum ramah pada Pongo. Bahkan, menggendong Pongo dengan lembut, lalu
membawa Pongo keluar. Di luar, Pongo
melihat banyak pohon dan banyak Orangutan sedang bergelayutan dengan wajah
gembira.
Rupanya
saat ini, Pongo berada di tempat perlindungan Orangutan, tepatnya di Taman
Nasional Gunung Leuser, Sumatera Utara. (selesai)
Trus gimana nasib ibu Pongo? 😟
BalasHapusHiks..Entah, Mba Lia
Hapus