Ganjaran Untuk Kurcaci Polly
oleh: Vina Maria.A
Kurcaci Polly tersenyum puas menatap rumput di halaman rumah Kakek Thomas yang telah dipangkasnya.“Ah, akhirnyaselesai juga.”
Tiba-tiba, “Buk..,” sebuah apel jatuh tepat di depan kakinya.
Polly mendongakan kepalanya ke atas.“Rupanya apel-apel Kakek Thomas sudah banyak yang matang.”
Menjelang makan siang, Kakek Thomas keluar, “Polly, ayo kita makan siang bersama.”
Kurcaci Polly menghampiri Kakek Thomas dengan sekeranjang penuh apel segar. “Ini aku bantu memetiknya, Kek. Apel-apel Kakek sudah banyak yang matang, sayang bila tidak segera dipetik.”
“Wah, terimakasih Polly. Aku memang hanya bisa memungut apel yang jatuh, walau kadang bentuknya sudah agak hancur.” Kakek Tobi terkekeh memamerkan deretan giginya yang masih utuh.
**
Keesokan harinya, kurcaci Polly betugas untuk membersihkan cerobong asap di rumahNenek Angela. Sesampainya di sana, Nenek Angela hendak pergi mengunjungi cucunya di desa sebelah.
“Kau datang tepat waktu, Polly. Bila kau sudah selesai, tolong kunci pintunya dan taruh kuncinya di balik keset. Mungkin aku pulang menjelang sore,” sahutNenekAngella.
Kurcaci Polly mengangguk, “Baik, Nek. Jangan khawatir.”
Begitu NenekAngella pergi, Polly bergegas membersihkan cerobong asap milik Nenek Angela. Jelaga-jelaga hitam mulai beterbangan, membuatmatanya pedih dan memerah. Polly pun kadang terbatuk-batuk. Tapi Polly tetap melakukan tugasnya.
Setelah cerobong asap bersih, Polly menyapu lantai yang menghitam akibat debu dari cerobong asap. Lantai kayu Nenek Angela pun dipelnya hingga mengkilat. Sebenarnya bisa saja Polly langsung pulang. Toh, tugasnya hanya untuk membersihkan cerobong asap.
**
“Polly, kau bisa memberbaiki kursi goyangku yang patah?” Kurcaci Delly datang ke kediaman Polly sambil membawa kursi goyangnya yang rusak.
Kurcaci Polly mengangguk.“Tentu bisa.”
“Kalau begitu, aku akan mengambilnya minggu depan. Terima kasih, Polly.” Kurcaci Delly pun pamit.
Untung saja persediaan kayu milik kurcaci Polly masih banyak. Setelah sibuk mengukur, memotong, menghaluskan dan memaku, kursi goyang Kurcaci Delly pun selesai diperbaiki.
Polly mengoyang-goyangkannya untuk memastikan kekokohannya. “Sudah cukup kuat, sayang warnanya kusam. Oh, Kurcaci Delly menyukai warna biru,” pekik Polly senang.
Polly mengambil kaleng cat warnab iru.
**
Sudah dua hari,tidak ada yang datang atau memanggil kurcaci Polly untuk mengerjakan sesuatu. Ah, mungkin besok ada pekerjaan untukku. Pikir Polly.
Ternyata keesokan harinya juga masih sama. Polly memutuskan untuk pergi.
“Siapa tahu di jalan ada yang membutuhkanku,” ucap Polly pelan.
Polly melintas di depan rumah KurcaciTelly. Biasanya tiap satu minggu sekali, kurcaci Telly memintaku membersihkan kandang ayam.Mungkin kali ini dia lupa.
“Telly, apa kau membutuhkan bantuanku untuk membersihkan kandang ayam?” tanya Polly.
Kurcaci Telly menggeleng. “Tdak, Polly, terima kasih. Aku sudah membersihkannya sendiri.”
Walau kecewa, Polly tetap tersenyum lalu melanjutkan perjalanannya. Sampai di depan rumah Kakek Thomas, Polly tertegun melihat rerumputan yang telah rapi.
“Siapa yang sudah memotong rumputnya?” tanya Polly.
Polly kembali menawarkan bantuan kepada siapa saja yang dijumpainya. Tapi tidak ada satupun yang membutuhkannya.
Polly duduk di bawah pohon Willow untuk beristirahat sejenak. Persediaan makanan di dapur sudah menipis. Begitu juga dengan minyak untuk lenteranya. Polly tidak bisa membayangkan bila besok belum juga ada pekerjaan untuknya.
Polly yang kelelahan sampai tertidur dan terbangun ketika hari sudah sore.
“Ya, ampun, hari sudah sore, aku harus segera pulang.” Polly mengayunkan kakinya menuju ke rumah.
Tapik enapa di halaman depan rumahnya banyak sekali orang? Seperti ada pesta. Polly bertanya-tanya.
“Selamat Ulang Tahun, Polly,” seru teman-teman Polly. Rupanya mereka merancangkan pesta kejutan untuk Polly.
Polly sendiri sampai lupa dengan hari ulang tahunnya, karena sibuk mencari pekerjaan.
“Ini upah untuk membersihkan kandang ayamku, Polly.” Kurcaci Telly menyerahkan amplop berisi uang ke tanganTelly.
Begitu juga dengan Kakek Thomas. “Ini upah untuk memotong rumputku.”
Polly bingung menerima itu semua. “Tapi bukan aku yang membersihkan kandang ayam dan memotongrumputnya.”
Kakek Thomas mengangguk, “Tiga hari ini kami sengaja memberimu waktu untukberistirahat.”
“Sebagai hadiah ulang tahun untukmu, Polly,” sahut Kurcaci Delly.
“Tapi ini berlebihan. Belum lagi pesta ulang tahunnya.” Mata Polly mulai berkaca-kaca.
Nenek Angella menggeleng, “Kamu pantas mendapatkan lebih, Polly.”
“Karena kamu selalu melakukan lebih dari yang seharusnya. Kauingat dengan kursi goyangku yang berubah seperti baru?” pekik Kurcaci Delly.
“Juga lantai rumahku yang mengkilat?” tambah Nenek Angella.
“Jangan lupakan sekeranjang apel yang kau petik, Polly,” sahut Kakek Thomas.
Polly benar-benar tidak menyangka. Dia bertekad akan selalu melakukan yang terbaik. Lebih dari yang diperintahkan untuknya.(Vin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar