Nodin si Angin
Kecil
Oleh:
Vina Maria.A
Akhirnya hujan lebat berhenti juga.
Nodin si angin kecil keluar dari rumahnya di antara dedaunan pohon Cemara
Angin.
“Hmm, aku selalu suka aroma tanah
setelah hujan,” gumam Nodin. “Waktunya beraksi!” seru Nodin riang.
Dari jauh tampak Kakek Timo baru saja
keluar dari rumahnya. Nodin tersenyum jahil. Whuss, Nodin berlari kencang ke
arah Kakek Timo. Lebih tepatnya menuju kepala Kakek. Walhasil, rambut Kakek
Timo yang sudah tersisir rapi menjadi berantakan dan jatuh ke bawah. Ups,
rupanya selama ini Kakek Timo memakai wig alias rambut palsu untuk menutupi
kepalanya yang botak. Malangnya, wig itu jatuh ke tanah yang becek. Kakek Timo
pun masuk kembali ke rumahnya sambil menenteng wig yang kotor.
Dari balik pohon, Nodin tertawa keras
sampai berguling-guling. “Itu, lucu sekali! Aku akan mencari mangsa yang lain,
ah.”
Matahari mulai menampakkan diri sehabis
hujan. Orang-orang mulai beraktifitas kembali. Nodin melihat Nenek Berta yang
sedang menjemur pakaian. Niat iseng Nodin pun muncul. Nodin mengitari jemuran
Nenek Berta dengan kencang. Pakaian-pakaian Nenek yang masih basah pun
berjatuhan. Akibatnya Nenek Berta harus mencuci ulang semua pakaiannya.
Nodin terkekeh geli, “Wajah Nenek yang
kebingungan sangat lucu. Ah, sekarang aku mau mengganggu Pak Bandi.”
Pak Bandi sedang menjalankan tugasnya
menyapu jalan. Biasanya, Pak Bandi akan mengumpulkan daun-daun kering di satu
tempat, sebelum memasukkannya ke tempat sampah.
Nodin siap beraksi. Jika Pak Bandi
sedang menyapu di sebelah kiri, Nodin akan mengacak-acak daun-daun yang sudah
terkumpul di sisi kanan. Begitu seterusnya hingga Pak Bandi kelelahan dan duduk
sejenak.
Nodin tak tahan lagi, dia berlari ke
atas pohon kelapa lalu tertawa sampai berguncang-guncang. Daun-daun pohon kelapa
pun ikut bergoyang.
“Kamu sudah keterlaluan, Nodin!”
Nodin berhenti tertawa.
Rupanya Dewa Angin yang datang. “Setiap
hari kerjamu hanya berbuat usil. Kamu telah banyak merugikan manusia!” Suara
Dewa Angin menggelegar.
“A..aku hanya ingin bersenang-senang,”
sahut Nodin dengan suara pelan.
Dewa Angin melotot,” Bersenang-senang?!
Sakit pinggang Nenek Berta kambuh karena dia harus mencuci ulang pakaiannya.
Lihat Pak Bandi sampai kelelahan!”
“Tapi Kakek Timo, kan, masih bisa keluar rumah
tanpa memakai wignya.” Nodin masih saja berusaha membela dirinya.
Dewa Angin semakin geram mendengarnya.
Dia berputar-putar kencang, menyebabkan badai angin di desa. Tapi buru-buru
dihentikannya, sebelum kerusakan terjadi.
“ Kakek Timo hendak mengunjungi pesta ulang tahun cucunya. Cucunya ini
takut dengan kepala botak Kakek.”
Nodin tertunduk sedih.
“Si cucu menangis karena Kakeknya tidak datang
dan Kakek Timo tak kalah sedih,” lanjut Dewa Angin.
Nodin tak menyangka jika ulahnya yang
selama ini disangka lucu malah merugikan manusia. Nodin kira mereka yang
diisengi akan maklum. Ternyata akibat yang sangat fatal harus dialami oleh
Nenek Berta, Pak Bandi dan Kakek Timo.
“Ta..tapi, Dewa Angin? Aku hanyalah
angin kecil yang tak berguna. Aku tak sekuat angin darat dan angin laut yang
sanggup membantu nelayan berlayar. Aku juga tak
sanggup menjalankan kincir angin,” sahut Nodin lemah.
“Hmm, jadi karena itulah kamu bertingkah
iseng?” tanya Dewa Angin.
Nodin mengangguk.
“Mulai besok, kamu bisa membantu
penyerbukan di ladang jagung juga di padang rumput yang penuh dengan bunga
Dandelion. Kamu hanya perlu berlari sepuasnya,” jelas Dewa Angin.
Setelah Dewa Angin kembali ke Istananya,
Nodin pun bergegas turun. Di bawah, Pak Bandi sudah kembali menyapu. Kali ini,
Nodin membantu Pak Bandi dengan mengumpulkan dedaunan kering di satu tempat.
Pak Bandi pun bisa pulang ke rumah lebih awal.
Lalu, Nodin segera menuju ke rumah Nenek
Berta. Nenek Berta baru saja menjemur kembali pakaiannya. Nodin bergerak
perlahan mengitari pakaian-pakaian tersebut. Sinar matahari ditambah hembusan
Angin Nodin, pakaian Nenek Berta menjadi cepat kering. Nenek Berta pun sangat
senang.
Di jalan, Nodin bertemu dengan Kakek
Timo. Kakek Timo mengenakan wignya yang masih agak basah.
“Dia pasti hendak mengunjungi cucunya,”
pikir Nodin.
Nodin menemani perjalanan Kake Timo
sambil berhembus perlahan ke wig Kakek. Wig Kakek menjadi kering dan sepanjang
perjalanan, Kakek juga tidak kepanasan. Nodin pun lega melihat Kakek Timo sudah
kembali bertemu dengan cucunya.
“Selesai juga. Besok aku akan menjadi angin
yang berguna bagi penduduk desa, “gumam Nodin.
Esok paginya Nodin berlari-lari riang di
sepanjang ladang jagung. Berkat Nodin, jagung-jagung bisa berbuah dan hasil
panen melimpah. Berkat Nodin pula, bunga Dandelion bertambah banyak dan
bermekaran, menambah indah pemandangan. Anak-anak kecil yang berlarian di
padang pun senang berkat Nodin, mereka tidak kepanasan.
Nodin si angin kecil sangat bahagia
karena dirinya berguna. Apalagi, dia tetap bisa berlari sepuasnya tanpa harus
merugikan penduduk desa. (selesai)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar