Kamis, 06 Juli 2017

Kebun Bunga Siska

Saya tidak pernah menyangka kalau cerpen ini akan dimuat. Ini cerpen juga merupakan hasil kelas Merah Jambu. Cerpen di minggu pertama kelas..tugas pertama.

Waktu itu Bu Guru memancing imajinasi kami dengan sebuah gambar..gambar kupu-kupu. Kami diharuskan menulis sepuluh kalimat, begitu oke, lanjut lagi 10 kalimat. Nah, setelah kalimat kedua pulu ini yang seru. Bu Guru kembali melempar gambar untuk membelokkan jalan cerita. Tentu saja gambar yang diterima tiap muris berbeda. Kami harus siap-siap ngepot setelah menulis dua puluh kalimat.

Jujur saja saya kurang puas dengan jalan ceritanya. Rasa-rasanya kok maksa, ya.. Jadi saya gak berharap banyak. Eh, waktu naskah ini dimuat dan saya baca ulang..ternyata lumayan juga..haha.
Ya iyalah, makanya sama Bu Guru naskah ini lolos. xixixi..
**


Kebun Bunga Siska
Oleh : Vina Maria Agustina

Rasti mengintip kebun sebelah. Kebun milik tetangganya, Siska. "Huh! Bunga-bunga miliknya sudah bermekaran semua," gerutu Rasti. Rasti juga memiliki kebun yang ditanami berbagai macam bunga. Tapi entah kenapa, bunga-bunga miliknya tidak pernah mekar. Bahkan ada beberapa yang batang-batangnya tampak layu. Padahal Rasti membeli bibit bunga di toko Florista, sama seperti Siska. Apa karena jarang disiram? Wah, jangan ditanya! Rasti rutin menyirami kebunnya setiap pagi dan sore, bahkan rajin diberi pupuk.

            Hmm, aku akan mengamat-amati Siska dan mengikuti semua gerak-gerik Siska dalam merawat tanaman bunga-bunga miliknya. Apalagi hari ini, hari minggu, pas sekali. Tekad Rasti sudah bulat. Rasti duduk di teras depan rumahnya sambil berpura-pura membaca buku.

Nah, itu dia! Siska keluar dari rumahnya, dia membawa peralatan berkebun. Siska mulai memotong ranting-ranting yang kering. "Ah, kalau seperti itu, aku juga sudah lakukan," Rasti bergumam. Setelah itu, Siska mengambil selang dan mulai menyirami tanaman bunga-bunganya. Mulai dari sebelah kiri ada bunga mawar merah dan mawar putih. Lalu bergeser ke tengah, bunga melati,cempaka dan kenanga. Terakhir di sisi kanan, deretan bunga bougenville beraneka warna.

Tak lama datang kupu-kupu berwarna kuning. Semenit kemudian menyusul kupu-kupu lain yang tak kalah cantik. Siska tampak bahagia dengan senyum yang menghiasi wajahnya.  Ah, Rasti jadi iri, aku juga mau kebunku didatangi kupu-kupu cantik.
Rasti mengendap-endap ke pagar pembatas antara kebun miliknya dan milik Siska. Sambil mengintip dipegangnya pagar kayu tersebut.  Tiba-tiba, "Auww...," Rasti menjerit kesakitan. Rupanya, tangannya digigit semut merah. Rasti melotot pada iring-iringan semut yang berjalan di atas pagar kayu. Sepertinya semua mahluk hidup berpihak pada Siska. Mulai dari bunga-bunga, kupu-kupu, sampai semut merah!

"Hai Ras..."
                   
Rasti menengok ke arah suara yang memanggilnya. Ternyata Siska! Dia sedang berdiri di hadapan Rasti sekarang.Ini pasti gara-gara teriakan tadi. Rasti kesal.
"Tadi aku mendengar suara menjerit. Waktu kutengok, ternyata kamu. Kenapa Ras?"

"Oh, ini tanganku digigit semut merah," Rasti masih saja cemberut.

"Sebentar aku ambilkan minyak kayu putih untuk tanganmu." Tanpa meminta persetujuan Rasti, Siska segera berbalik, masuk ke dalam rumahnya. Tak lama kemudian, Siska keluar dengan memegang minyak kayu putih di tangan kanannya. "Sini, mana tanganmu yang digigit semut tadi?”  tanya Siska.

Meskipun ragu, Rasti mengulurkan tangannya untuk diolesi minyak kayu putih oleh Siska.
"Nah, beres. Walau masih sedikit pedih, tapi tidak akan bengkak kok," Siska tersenyum.

Rasti jadi ikut tersenyum. "Kamu sedang apa, Sis?" Padahal Rasti sedari tadi sedang mengamati Siska.

"Aku sedang berkebun, Ras. Sekarang aku akan memberi pupuk. Ini dia pupuknya." Siska menunjukkan kantong berisi pupuk. "Kamu mau bantu aku, Ras? Biasanya aku dibantu adikku, tapi kali ini dia berenang dengan temannya." Rasti mengangguk, dia memang penasaran dengan kebun bunga milik Siska. "Ini, pakai sarung tangannya dulu, Ras." Siska menyerahkan sepasang sarung tangan berwarna merah jambu. "Nah, ini sendok takaran untuk pupuknya. Satu buat kamu yang satu lagi buat aku.Ini jenis pupuk organik padat. Ayahku sendiri lho, yang membuatnya. Kalau Rasti mau, boleh kok melihat proses pembuatannya di halaman belakang," Siska berbicara tanpa henti.

Wah, Siska senang sekali  jika bercerita tentang perawatan kebunnya. Bahkan sambil memberi pupuk, Siska mengajak bicara bunga-bunga miliknya. "Nah, ini pupuk buat kamu melati. Semoga kamu tumbuh subur ya..," sahut Siska pada Melati, bunga di kebunnya.
                                                                                    
Rasti melihat Siska begitu bahagia dalam merawat bunga-bunganya. Mungkin karena itu ya, bunga-bunga itu juga bahagia. Mereka bermekaran, tidak seperti bunga-bungaku, pikir Rasti. Ah, selama ini Rasti suka terpaksa kalau berkebun. Hanya karena ingin bunga-bunganya cepat mekar saja. "Sis, kamu lucu sekali deh, mengajak bicara bunga-bunga milikmu," Rasti tersenyum lebar. Siska tersenyum, "Tumbuhan itu mahluk hidup, mereka juga punya perasaan. Begitu kata Ibuku dulu."
***

Rasti memetik beberapa bunga mawar putih dan juga mawar merah. Bukan dari kebun milik Siska, tapi dari kebun bunga miliknya sendiri. Sejak Rasti melihat cara Siska berkebun, mereka jadi berteman dekat. Siska juga yang membantu Rasti merawat kebunnya. Tentu hanya di awal saja, karena Rasti juga ingin merasakan kebahagiaan merawat bunga-bunganya sendiri. Seperti Siska.
Dua buket mawar sudah siap. Satu buket mawar putih akan diberikan untuk Siska. Hari ini, hari peringatan 2 tahun kepergian ibunya. Semoga mawar putih ini bisa membawa kebahagiaan buat Siska. Dan buket bunga yang lain, mawar merah, untuk mami. Mami yang selalu membawa kebahagian buat Rasti. (Vin)
**

3 komentar: